Nama Ponggi Sarambu terbagi dari dua suku kata bahasa Tana Toraja (Tator)
yakni Sarambu berarti asap dan Ponggi merupakan nama seorang warga yang diklaim
pertama kali menemukan dan bermukim di sekitar lokasi itu. Lokasi ini
setidaknya sudah lama dikenal oleh warga Kolut sendiri meskipun tidak semua
warga lokal pernah mengunjungi dan menyaksikan langsung tempat tersebut.
Jarak dari ibukota Kabupaten menuju ke tempat tersebut kurang lebih 112
km. Selain jauh dari pusat kecamatan, kondisi akses jalan juga terbilang rusak
dan selebihnya masih merupakan jalan-jalan pedesaan yang belum tersentuh
pengerasan. Beberapa ruas jalan sepi rumah penduduk terkecuali bagi mereka yang
secara kebetulan menetap berkebun di sana yang secara kebetulan dihuni
orang-orang Tator.
Air terjun ini memang melimpah dari segi debit air. Tidak hanya deras,
panoramanya juga sejuk karena disekelilingnya termasuk daerah hulu air terjun
itu masih diselimuti hutan belantara. Kondisi demikianlah yang mengakibatkan
permukaan air yang tumpah di antara bebatuan menciptakan kabut-kabut tipis yang
menghiasi permukaan airnya.
Menurut Buhari yang merupakan salah satu warga Desa Purehu mengemukakan
bahwa tidak begitu banyak orang yang pernah mengunjungi lokasi demikian karena
kendala akses jalan yang harus ditempuh terbilang jauh terkecuali masyarakat
lokal sendiri pada hari-hari libur. Meski telah ada satu buah gasebo yang telah
dibuat oleh pemerintah, namun kondisi di lokasi itu belumlah belumlah mampu
ditata dengan apik dan menjadi perhatian serius khususnya pemerintah setempat.
Akibatnya berdasarkan apa yang nampak di mata, rumput liar dan patahan-patan dahan
kayu masih melintang di sana-sini.
Meski demikian, kesejukan dan kejernihan yang ditawarkan panorama alam
itu cukup menjadi sumber yang melimpah bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat
sekitar. Beberapa selang melintasi air terjun itu yang sengaja dicolokkan
diantara tepian bebatuan hingga masyarakat tidak perlu memasang mesin atau
menimbah di sumur lagi yang mereka gunakan untuk kebutuhan mandi, masak hingga
menyiram tanaman.
Air terjun yang membelah kawasan Kecamatan Purehu ini juga menjadi salah
satu sumber mata pengairan lahan persawahan yang ada di daerah tersebut. Tak
pernah kering meski dikuras musim kemarau, namun hal yang juga perlu
diantisipasi jika musim penghujan dikarenakan besarnya volume air cukup
mengkhawatirkan.
Setidaknya, dinasti wisata alam ini diharapkan bisa tetap lestari yang
salah satunya menjaga keseimbangan ekosistem alam berupa pelestarian hutan yang
selama ini menghijaukannya mengingat dari tahun ketahun jumlah pembukaan lahan
yang nampak disekitar objek wisata itu nampak digarap perlahan-lahan oleh
masyarakat untuk bercocok tanam.
EmoticonEmoticon